Tuesday 26 March 2013

SIAPA LEBIH MEMAKMURKAN RAKYAT?? : SIAPA MENGIKUT AL QURAN?? : PEMERINTAH ATAU PEMBANGKANG??BERITA TERBARU DARI MANILA : FILIPINA DAN KIRAM AKAN BUAT JOINT FORCE TUNTUT SABAH

ADAKAH ANDA BERPANDUKAN AL QURAN  DAN SUNNAH DIDALAM MEMILIH PEMERINTAH??? BREAKING NEWS FROM MANILA : MANILA AKAN BERSENGKOKOL DENGAN KIRAM III UNTUK TUNTUT SABAH. KEBENARAN SEMAKIN MENYERLAH.

Bismillah-hir-rahman-nir-rahim

Adakah kriteria ini terdapat pada diri pemimpin yang anda pilih??? Menyalahi pedoman yang diFirmankan oleh Allah SWT didalam Al Quran ," secara automatik 'anda' juga tertolak".

Empat sifat yang dimiliki oleh para nabi/rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu:

 (1). Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. (Sifat berlawanan  adalah pembohong.)

 (2). Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. (Sifat berlawanan  adalah khianat) 

(3) Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. (Sifat berlawanan adalah bodoh ). 

(4). Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi).( Sifat berlawanan  adalah menutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).
ADAKAH AL QURAN MENJADI RUJUKAN ANDA DIDALAM MEMILIH PEMERINTAH.
                                        

Di dalam Al-Quran juga dinyatakan  beberapa Firman Allah SWT   berhubungan dengan sifat-sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, diantaranya di dalam surat As-Sajdah (32): 24 dan Al-Anbiya (21): 73.

 Sifat-sifat dimaksud adalah:

 (1). Kesabaran dan ketabahan. "Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/tabah". Lihat Q. S. As-Sajdah (32): 24. Kesabaran dan ketabahan dijadikan pertimbangan dalam mengangkat seorang pemimpin. Sifat ini merupakan syarat pokok yang harus ada dalam diri seorang pemimpin. Sedangkan yang lain adalah sifat-sifat yang lahir kemudian akibat adanya sifat (kesabaran) tersebut. 

(2). Mampu menunjukkan jalan kebahagiaan kepada umatnya sesuai dengan petunjuk Allah swt. Lihat Q. S. Al-Anbiya (21): 73, "Mereka memberi petunjuk dengan perintah Kami". Pemimpin dituntut tidak hanya menunjukkan tetapi mengantar rakyat ke pintu gerbang kebahagiaan. Atau dengan kata lain tidak sekedar mengucapkan dan menganjurkan, tetapi hendaknya mampu mempraktikan  pada diri sendiri dan  kemudian mempromosikan  kepada  masyarakat. Pemimpin sejati harus mempunyai kepekaan yang tinggi (sense of crisis), yaitu apabila rakyat menderita dia yang pertama sekali merasakan pedihnya dan apabila rakyat sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya.

(3). Telah membudaya pada diri mereka kebajikan. Lihat Q. S. Al-Anbiya (21): 73, 
"Dan Kami wahyukan kepada mereka (pemimpin) untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat".
Hal ini dapat tercapai (mengantarkan umat kepada kebahagiaan) apabila kebajikan telah mendarah daging dalam diri para pemimpin yang timbul dari keyakinan ilahiyah dan akidah yang mantap tertanam di dalam dada mereka.


DUA INDIVIDU YANG BERBEZA KAREKTER :ANWAR IBRAHIM MENCALONKAN DIRI UNTUK MENJADI PERDANA MENTERI SEMENTARA NAJIB RAZAK DIPILIH OLEH  AHLI  UMNO
                                 
Kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekadar kontrak sosial  diantara  pemimpin dengan masyarakat, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah SWT. 
Lihat Q. S. Al-Baqarah (2): 124,
 "Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah swt menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim".



Gov't told: Get Kiram nod before reviving Sabah claim

March 27, 2013 - 
MANILA, Philippines - The Sultanate of Sulu and North Borneo on Wednesday advised Malacañang to seek an audience first with Sulu Sultan Jamalul Kiram III before making any moves to lay territorial claim on Sabah.

Sultanate spokesman Abraham Idjirani said a cooperation between Malacañang and the Sultanate would strengthen the Philippine claim over Sabah.

“You cannot remove the right of the Sultan of Sulu. As the Sultan of Sulu, he inherited the legal authority. We could say that he is the owner of Sabah,” Idjirani told reporters at the residence of Sultan Kiram at the Maharlika Village in Taguig City.

“Because of that only the Sultan of Sulu can lay claim on territories lying outside the national boundaries of the Philippines,” Idjirani added.

Idjirani said that the Sultanate, through a special power of authority, gave the Philippine government the authority to pursue the Sabah claim.

Idjirani said the special power of authority was revoked by the Sultanate in 1989 after the Sultanate felt that the claim was not being vigorously pursued.

Headlines ( Article MRec ), pagematch: 1, sectionmatch: 1
“What we are saying is that before there is any attempt by the Philippine government to file a claim on Sabah, they need to talk to the Sultan of Sulu together with the royal families. This will also show that this is now a joint effort between the government and the Filipino people,” said Idjirani.

“The effort to lay Philippine territorial sovereignty over Sabah was delegated by the Sultan of Sulu to the Philippine government in 1961.  If the government wants its claim to be legally and historically strong, it needs a fresh special power of authority from Sultan Jamalul Kiram III,” added Idjirani.

Idjirani said the Sultanate of Sulu and North Borneo is just waiting for Malacanang’s invitation to be part of the process to claim Sabah for the Philippines.

According to Idjirani, the royal families and heirs of the Sultanate of Sulu have already drafted a manifesto on Monday which affirmed their support for Sultan Jamalul Kiram III and urging the government to actively pursue the Philippine’s claim on Sabah. Idjirani said the manifesto would be sent to President Aquino.

For his part, Sultan Jamalul Kiram said that in the event that Malaysia lets go of Sabah, the Philippine government must recognize the authority of the Sultanate of Sulu and North Borneo over the territory.

Meanwhile, Idjirani slammed the “hamletting” being used by the Malaysian security forces in Sabah saying that it is just a psychological warfare tactic to scare the Filipinos living in Sabah.

“It is a psy war by Malaysia to force the Filipinos to leave,” he said.

Idjirani said Malaysia is afraid that it might lose Sabah to a referendum should the United Nations call for one.

According to Idjirnai, Sabah has a population of 3.2 million with Filipinos, including those undocumented numbering about 1.5 million.

“Malaysia is now afraid. It knows that with the standoff now, the Filipinos are being united by the Sabah issue,” he said.

No comments:

Post a Comment