WAJAH NYA SELALU MENCERIAKAN SUASANA PEMERGIANNYA AKAN DIRASAI OLIH DUNIA FILEM MELAYU SERTA KENANGAN AKSI KOMEDI YANG BERSAHAJA PASTI MENGAMIT KERINDUAN PEMINATNYA |
AL FATIHAH
Aziz Sattar Meninggal Dunia
Seniman terkenal tanah air, Aziz Sattar, 89, atau nama sebenarnya Datuk Abdul Azez bin Satta yang dimasukkan ke hospital awal pagi semalam telah kembali ke rahmatullah jam 2.00 pagi ini.
Beliau yang pada mulanya dilaporkan stabil telah disahkan meninggal dunia di Hospital Kajang.
Anak perempuannya, Sandakiah memberitahu, Aziz menghembuskan nafas terakhir di sisi dua anak, menantu dan seorang cucu.
Pemergiannya menjadikan insan seni terakhir di kalangan dua kumpulan pelawak trio yang sinonim dengan Tan Sri P Ramlee, yang menghadap Ilahi dan menutup usia seorang lagenda yang padanya tersimpan banyak cerita suka duka para artis 50 tahun silam.
Takziah diucapkan kepada keluarganya.
Datuk Abdul Azez bin Sattar atau lebih dikenal sebagai Aziz Sattar (lahir di Pekalongan, 8 Agustus 1925; umur 88 tahun) merupakan salah seorang seniman serba bisa Malaysia. Ia berkecimpung di bidang seni sebagai aktor, sutradara, pelawak, dan penulis skenario sepanjang kariernya. Ia mendapat pendidikan di Sekolah Melayu Kota Raja, Singapura. Kisah hidup Aziz di Tanah Melayu bermula ketika berusia tiga tahun, ketika ia mengikuti ayahnya Sattar Sawal dan ibunya Satimah Jalal hijrah ke Singapura. Dibesarkan di kampung Pasir Panjang, di situlah ia mempunyai dua kawan akrab yang turut menjadi aktor terkenal - Salleh Kamil dan Shariff Dol. Aziz mendapat pendidikan Sekolah Melayu sampai kelas lima. Ia tidak dapat meneruskan pendidikannya akibat pendudukan Jepang di Malaysia. Pada umur 10 tahun, ia yang merupakan pelawak alamiah mulai menyanyi dan menari dalam perhelatan nikah dan kenduri-kenduri di kampung. Dalam usia awal 20-an, ia menjadi pengemudi truk dengan gaji sebanyak RM150. Pada tahun 1950, ia menjadi anggota Pancaragam Suara Hiburan Keroncong, dan pada bulan September 1951 bekerja di Studio Jalan Ampas, Singapura. Kehidupan Aziz mulai berubah pada tahun 1952 saat diajak dua teman sekampungnya bekerja di studio Malay Film Productions. Pada awalnya, ia sekedar bekerja sebagai penyulih suara. Namun, ia terkejut karena gajinya ketika itu jauh lebih rendah dibandingkan pekerjaannya sebagai sopir truk, hanya RM70 sebulan. Pada tahun 1953, dia dipercaya bermain sebagai tokoh tambahan dalam film Putus Harapan. Ia juga salah satu anggota Kelompok Panca Sitara.
takziah dari cahaya al majid
No comments:
Post a Comment